Budaya

Budaya Iftar, Diakui Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Posted On
Posted By admin

Budaya Iftar, Diakui Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Iftar sendiri merupakan istilah dari bahasa Arab yang artinya buka puasa, atau secara harfiah berarti sarapan. Melihat arti tersebut budaya ini tentunya lebih identik dengan bulan Ramadhan.

Pada setiap senja, umat Muslim berkumpul bersama untuk memecah puasa mereka dengan makanan dan minuman. Namun, Iftar tidak sekadar tentang aspek fisik makan dan minum saja. Ia juga mempromosikan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan kemurahan hati.

Budaya tersebut dilaksanakan sebagai bentuk mengakhiri puasa Ramadhan setiap hari di bulan puasa saat matahari terbenam. Selain itu, iftar juga mengarah kepada sebuah perjamuan pada sebuah perkumpulan orang-orang muslim saat berbuka puasa selama bulan Ramadhan.

Budaya Iftar, Jadi Salah Satu Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Budaya Iftar Termasuk dalam Salah Satu Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Sejak tahun 2023, praktik berbuka puasa bersama yang dikenal sebagai “Iftar” telah diakui sebagai bagian dari Budaya Takbenda. Budaya atau tradisi ini berhasil masuk ke UNESCO karena usulan empat negara Timur Tengah Raya, yaitu Iran, Turki, Azerbaijan dan Uzbekistan.

Iftar atau berbuka puasa bersama menjadi tradisi yang sangat umum terjadi ketika pada waktu matahari terbenam dibulan Ramadhan. Biasanya, budaya ini dilakukan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya merupakan umat Islam.

Tidak ada batasan usia, ras, jenis kelamin maupun latar belakang untuk menghadiri budaya buka puasa bersama ini. Selain itu, budaya ini diisi dengan kegiatan makan bersama, shalat magrib berjamaah atau saling bertukar cerita.

Dalam komunitas muslim, budaya ini sebagai wadah untuk meningkatkan ikatan keluarga maupun kerabat sesama muslim. Selain itu, iftar juga bertujuan untuk mendorong kegiatan sosial, pertukaran sosial dan solidaritas.

Sejarah Budaya Iftar Bisa Masuk Ke UNESCO

UNESCO telah mengakui tradisi iftar atau bukber (buka bersama) sebagai warisan budaya pada 6 Desember 2023 lalu. Tradisi buka bareng ini tercatat dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Ini berdasarkan usulan 4 negara, yaitu Azerbaijan, Iran, Turki dan Uzbekistan.

Istilah ini juga sering disebut dengan Eftari atau Ifthor oleh beberapa negara yang melaksanakannya. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap bulan Ramadhan dan telah menjadi tradisi khas di beberapa negara, terutama negara yang penduduknya mayoritas merupakan umat Islam seperti Indonesia.

Azan magrib atau tenggelamnya matahari menjadi pertanda bahwa telah memasuki waktu berbuka puasa atau iftar. Dalam iftar ini ada banyak hidangan khas Ramadhan yang menggugah selera. Selain itu, biasanya tradisi ini menjadi ajang silaturahmi antar keluarga, masyarakat atau kerabat.

Badan penanganan khusus PBB memberitahukan bahwa iftar ini menjadi kegiatan memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Biasanya, ilmu tersebut turun temurun dan berupa instruksi lisan, partisipasi dan observasi.

Umumnya, dalam tradisi ini anak-anak muda akan bertanggung jawab untuk menyiapkan hidangan atau sajian untuk buka bersama. Sedangkan, orang-orang dewasa atau usia lanjut akan berbagi pengalaman dan menularkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manfaat puasa, nilai-nilai sosial serta fungsi buka puasa. Bahkan, kegiatan ini sampai memperoleh dukungan dari lembaga pemerintah, LSM dan siaran televisi, radio hingga media sosial.

Dari alasan-alasan tersebut, empat negara Timur Tengah Raya tersebut mengemukakan pendapatnya bahwa iftar harus masuk ke dalam warisan budaya takbenda UNESCO. Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya iftar masuk ke dalam Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO sejak Desember 2023 lalu.

Pengakuan ini juga meningkatkan kesadaran global tentang kekayaan budaya Muslim dan kontribusinya terhadap keragaman budaya dunia. Ini memberikan platform untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya dan memperkuat hubungan antar komunitas di seluruh dunia. Dengan mengakui nilai-nilai universal yang terkandung dalam tradisi Iftar, UNESCO telah memperkuat pentingnya dialog antar budaya dan penghormatan terhadap keragaman agama dan kepercayaan.

Sunnah Dalam Melaksanakan Budaya Iftar

Iftar atau buka puasa biasanya dilaksanakan ketika memasuki waktu magrib. Tanda bermulanya adalah ketika azan magrib atau ketika terbenamnya matahari.

Rasulullah SAW memiliki kebiasaan yang menjadi sunnah ketika berbuka puasa. Beberapa sunnah tersebut jika dilakukan mendapat pahala. Berikut ini adalah beberapa sunnah dalam iftar.

Melaksanakan Berbuka

Pada Saat memasuki waktu magrib, orang-orang yang berpuasa disarankan untuk melaksanakan berbuka puasa. Ketika mendengar azan magrib, hendaklah mereka segera membatalkan puasa, meski hanya meminum segelas air putih.

Rasulullah bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Ibnu Majah, shahih menurut Al-Albani)

Membaca Doa Sebelum Buka Puasa

Dalam budaya iftar atau buka puasa bersama membaca doa sebelum buka puasa juga menjadi salah satu sunnah Rasulullah SAW. Doa tersebut berisi tentang permohonan ampun kepada Allah SWT agar ibadah puasa diterima dan diampuni dosa-dosanya.

Melalui Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ” Mendapati tiga golongan orang yang doanya tidak akan ditolak atau tidak dikabulkan, Pemimpin yang adil, orang berpuasa hingga berbuka, dan orang-orang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di atas awan ketika hari kiamat nanti.” (HR Tirmidzi)

Makan Secukupnya

Allah SWT menganjurkan umat Muslim untuk tidak menjadi rakus, baik dalam konteks makanan maupun harta benda. Sama ketika berpuasa, meski ada berbagai macam makanan yang tersaji, Rasulullah menganjurkan untuk tidak berbuka dengan berlebihan. Bahkan, lebih baik untuk berhenti makan sebelum merasa kenyang.

Berbuka dengan Air atau Kurma

Dari hadits Abu Dawud dan Tirmidzi, Rasulullah SAW menganjurkan setiap umat Muslim yang berpuasa untuk berbuka dengan makanan manis, seperti kurma. Kurma memiliki makna yang penting dalam budaya iftar. Apabila tidak memiliki kurma, maka berbuka dengan air putih dapat menjadi penggantinya.

Itulah penjelasan latar belakang mengapa budaya iftar bisa masuk ke dalam Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada Desember tahun lalu. Dalam iftar atau berbuka puasa mendapati berbagai beragam sunnah yang sesuai dalam ajaran Nabi Muhammad SAW. Melaksanakan sunnah-sunnah tersebut akan membantu untuk menyempurnakan ibadah puasa dalam sehari penuh. Selain itu, beberapa sunnah tersebut juga sebagai upaya untuk menjaga kesehatan tubuh, seperti tidak makan berlebihan, buka dengan segelas air putih atau kurma dan lain sebagainya.

Kesimpulan:

Budaya Iftar Diakui Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Budaya merupakan sebuah sistem kompleks yang meliputi kepercayaan, nilai, tradisi, bahasa, seni, dan perilaku yang diwariskan turun-temurun dalam suatu masyarakat. Budaya berperan penting dalam membentuk identitas dan karakter suatu bangsa, serta menjadi landasan bagi interaksi sosial dan pengembangan diri.

Memahami budaya membantu kita menghargai keragaman, mempererat hubungan antar manusia, dan memajukan peradaban bangsa.

Related Post

leave a Comment